MARAH


tentang marah

Aku mencapai batas bosan untuk mengungkapkan sebuah peristiwa lagi. Sebenarnya melihat mereka baik-baik saja itu memang sudah cukup membuat saraf otakku tak begitu terpengaruh untuk bisa menjelajah keyboard putihku ini dan menyelipkan imbuhan penuh persuasi hiperbola kedalam hasil karanganku setiap menitnya. Tetapi apa jadinya jika orang-orang yang kau harapkan itu tidak terlihat baik seperti biasanya? Mereka sedang berada dalam titik jenuh hidup, dan mengalami jenis emosi standar semua manusia. Ayolah, kalian pasti tahu emosi macam apa yang aku maksud..
“MARAH”
Lihat kan, padahal di awal sederet kalimatku ini aku sudah mengatakan bahwa aku mencapai batas bosan untuk mengungkapkan sesuatu. Tetapi beginilah jadinya jika ternyata yang terjangkit penyakit standar manusia sendiri itu juga termasuk aku sendiri. Lalu, bagaimana menurut kalian ? Apa kalian juga pernah marah, dimarahi, atau bahkan melihat adegan marah dan mungkin membayangkan saat-saat marah dalam kehidupanmu lewat imajinasi liar kalian ? Aku sudah pernah semuanya. Dan perlu kukatakan bahwa “marah” bukanlah satu-satunya hal yang membuat kita akan malas melakukan sesuatu. Ketika kalian marah, ada banyak kemungkinan yang terjadi pada diri sendiri : (menurutku)
  1. Kau akan mengubah bentuk tampak wajahmu.
Disini banyak yang ingin menunjukkan wajah terlihat benar-benar sedang marah atau bahkan sebaliknya, berusaha tenang –se tenang seluruh dunia ini ketika tengah malam syahdu berbintang dengan semilir angin sejuk penyebab kantuk berat- dan bersikap membulatkan tekad bahwa hidup penuh karma, marah dimarahi adalah mutlak terjadi, taka da yang perlu di permalukan.
  1. Kau akan merasakan getaran hebat
Bukan getaran scala richter gempa bumi atau tanah longsor bahkan getaran cinta sekalipun. Yang aku maksud adalah getaran dimana titik kecil dihati benar-benar terasa ada yang mengoyak dan akibatnya sedikit hancur. Apa kalimatku susah kalian fahami?-sudahlah. Getaran ini membuat kita biasanya terhenti sejenak menghela nafas berat terengah-engah, dan detik tercepat berikutnya akan ada segerombol kalimat yang berjubel di ujung bibir ingin kita teriakkan.
  1. Kau akan menjadi pribadi malas-rajin , rajin-malas
Secara tidak sadar kejadian “marah” juga bisa membuat kita berubah menjadi seorang pengangguran yang sengaja menganggurkan diri. Tidak mau diperintah, mendengarkan nasehat, sapaan, teguran, bahkan perintah untuk makan dan minum sekalipun. Atau yang membuatku tertawa sendiri ketika sadar menjadi orang rajin sedunia seolah-olah menjadi pegawai biasa yang dibayar dengan gaji biasa tapi tetap me-lembur-kan diri setiap hari sekalipun organisasi kerja dunia juga telah mencetuskan hari libur pegawai sedunia. Begitulah, berubah jadi ulet tiba-tiba dan mengerjakan semuanya sendiri dengan emosi berjejal di dalam hati.
  1. Kau menjadi seorang pemikir
Coba ingat-ingat saat kalian terakhir marah, beberapa saat setelah kejadian marah-mu itu usai, pasti kepala kalian dipenuhi dengan teriakan-teriakan gaya sahut menyahut peri putih dan peri hitam bahwa kalian harus introspeksi diri. Sebenarnya siapa yang salah dan apakah kita ini terlalu ke-kanak-kanak an? Begitu sebaliknya ketika kita yang dimarahi, kita akan berfikir lebih cepat seolah-olah kita adalah ilmuwan pemikir terkemuka dan terpercaya di bumi. Kita akan berlomba-lomba mengungkapkan bahwa sebenarnya bukan kita yang salah atau dunia ini sudah tidak seimbang lagi. Ibarat orang benar sudah tak dihargai di dunia tapi orang dusta lebih diterima di masyarakat, seperti hal nya ungkapan “Tuhan sudah tak adil” dan sebagainya. Atau peryataan ikhlas yang tak jarang keluar begitu mulus lewat bibir-bibir orang beriman di muka bumi dengan mengucap istighfar dan kalimat mohon ampun lain sebagainya.
  1. Kau akan bingung
Memilih melupakan kejadian itu, atau cukup diam pura-pura tidak ingat bahkan pura-pura mati *eh, dan juga mengingatnya seumur hidup sebagai pelajaran hidup. disinilah titik final otak kalian akan bekerja keras. Penentuan warna dari cerminan hatimu adalah setelahnya. Mana yang akan kau pilih, itu yang kau tanam untuk kemudian hari kau panen. Dariku, pilihlah yang paling keren dan nggak basi seperti dendam, tambah marah, atau malah menjelek-jelekkan keturunan.
Is this enough ?
Everything talking, guys…
Your hand, your eyes, your legs, all of your paths.
Believe or not! Let’s wait at Yaumul Mizan./hibariohara/
smile can change you

Previous
Next Post »

3 comments

Write comments
Anonymous
AUTHOR
January 17, 2016 at 4:25 AM delete

sering marah jadi sering mikir, mending pura-pura mati :-bd

Reply
avatar
Jun
AUTHOR
January 20, 2016 at 9:28 AM delete

じゃ~。。死ぬほうがいいかな ^o^ #pura.pura.nggak.nulis

Reply
avatar
Anonymous
AUTHOR
January 20, 2016 at 3:11 PM delete

死んだふりを、でしょう ヽ(゚∀゚)ノ パッ☆

Reply
avatar