KAMPOENG BOEDAJA
Oleh Jundi
Nidaaul Fath
Selain
perjalanan dan pertemanan
Selain
kebingungan dan kepastian
Karena bahasa
terucap sadar bisa jadi ambigu
Ingin sekali aku
mengaku
Mencabau hidup
yang dipenuhi sajak sendu
Hingga terlahir
sederet pujangga biru
Biru yang
tertampung jadi rindu pekat
Pekat muncrat
kemana-mana
Tak terbendung
jadi sebuah pesawat
Pesawat tak
bersayap namun mengangkasa
Aku pergi ke
sebuah tempat manis, Paris!
Berangkat dari
sebuah impian,
Menjamah tanah
merah putih, kemudian ingin sedikit berpijar
Menculik sedikit
mimpi orang metropolitan, karena bahasa jiwa terus membuncah
Bukan apa apa
maksudku, berangkat dari sebuah impian
Masuk ke lubang
penuh dayang dan riasan paling menawan
Kutelusuri
matahari terbit dan pegunungan fuji membentang
Aku temukan
sekumpulan petani menyongsong pagi
Melewati merah
muda sakura berjatuhan penuh semi
Mengitari
bentangan ladang dan menari,
Kurasa mereka
berterima kasih pada dewa panen tahun ini,
Sebuah sastra
yang gawat telah terawat
Lahir dari
jutaan umat manusia
Waham sasar
mencoba jadi jentera
Segan kupak
bahkan jelempah dimana-mana
Sebuah elegi
berontak hiperbola
Menyisakan rasa
satu sentuh puncak impian
Padang syahdu
agak berdebu menyambutku
Ku pijakkan kaki
di negeri kaya minyak
Air melimpah dan
kerajaan yang megah
Arab memang
menggugah,
Berpilar tajuk
belukar dari argumentasi
Berlomba tulis
rekaman peristiwa
Mengingat ada
baris alfabeta yang selalu ada
Cukup jadi
dekat, walau bukan jadi sebuah tabiat
Satu gundah
terobati tenang, sukar di rasa nyaman, mudah di kira teman
Aku menapaki
China yang berseri
Jutaan rakyat
dan deretan bangunan rapat
Ada warna beda mengikat, Tergenggam hebat
dalam adat istiadat
Wah,.. wah,.. wah,…
Dunia impianku berdendang
Tari tariannya guncang dunia berita
Gagah angklungnya bagai senjata
Lengkuk batiknya percantik citra dunia
Dengan tanah lahir nusantara hingga asia
Entah, berjuta bahasa yang kita terima
Tapi saling sapa masih berharga
Menyambut pagi dengan kuning padi
Menelan siang dengan berguru nafas bahari
Menikmati malam dengan secangkir kopi
Ini dunia impian penuh dengan serapan nafas
api
Ini dunia impian bukan cuma Jakarta
Gaya necis dan nyentrik dimana mana
Deretan tikar digelar ramah dibawah tenda
Remang lampunya ramai isinya
Tempat nongkrong asik bagi kalangan klasik
Ada yang melukis lukis harapan
Berdendang Romance De Amour
Berkutat dengan ribuan kanji dan ikebana
Disini belajar, disini berkarya
Disini berbeda, disini tak biasa
Bukan sekedar IPK apalagi cari muka
Kubilang jangan berhenti tertawa, wa,
waaa….
Kubilang jangan berhenti berkarya, ya,
yaaa…
Ahh… siapa kalian,
Maksudku kalian,…iya, kalian
Memang beda tapi satu jua
Banyak nyawa berkobar beranikan diri
Wajahnya condong di satu mimbar
Gelorakan baris alfabeta
“KAMPOENG BOEDAJA”
Puisi ini adalah persembahan
untuk moment event Kampoeng Boedaja oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan
Sastra Asing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Dalam
keterbatasan diri untuk mengatur waktu, masih kuingat sedikit saja permohonanku
agar acara berjalan dengan semestinya, dan sederet puisi itu bisa diterima oleh
warga bahasa dan sastra asing dan penikmat kampoeng boedaja Unnes. Terima kasih
kepada seluruh panitia dan yang bertugas melantangkan suaranya bait demi bait
puisi di atas. Tidak terhingga terima kasihku pula kepada siapapun yang saat
itu sedang merasa lelah, sibuk tidak terperi, atau bahkan kepada yang hanya sok
sibuk memoles diri dengan sebutan aktivis/organisatoris, namun mampir ke kampus
untuk sekedar menyambut kawannya dan menanyakan kabar saja. Apapun itu. BSA…kalian warna warni sekali.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon